Teman Pengajian Bomber Tiga Gereja Surabaya Sharing dengan Siswa SMA

WhatsApp Image 2018-05-22 at 4.08.27 PM.jpegLAWAN RADIKALISME : Pelajar peserta Diseminasi HAM khusyuk mendengarkan penjelasan dari narasumber sore ini (23/5).

SURABAYA - Kanwil Kemenkumham Jatim turut aktif dalam penanggulangan kejahatan radikalisme yang mengatasnamakan agama. Hari ini (22/5) pihak Kanwil Kemenkumham Jatim melakukan kegiatan Diseminasi HAM Kepada Pelajar Duta HAM Surabaya. Kegiatan yang bertema Penanggulangan Kejahatan Radikalisme yang Mengatasnamakan Agama itu salah satu narasumbernya adalah Ahmad Faiz Zainudin yang merupakan teman pengajian salah satu bomber tiga gereja di Surabaya Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono.

Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan laporan ketua panitia Ibu Wiwit Purwani Iswandari. Selanjutnya, Kakanwil Kemenkumham Jatim Susy Susilawati memberikan sambutannya.

Dalam Sambutannya, Ibu Susy menjelaskan bahwa kegiatan ini berfungsi sebagai pembekalan bagi pelajar yang juga Duta HAM Surabaya tersebut. Khususnya dalam penguatan penyuluhan hukum terkait kejahatan yang berakar dari paham radikal. Kakanwil berharap agar 60 pelajar yang hadir bisa menjadi agen minimal di lingkungannya sendiri. “Kegiatan ini nantinya akan kita adakan secara berkelanjutan,” ungkapnya.

Bapak Faiz berkisah, bahwa Dita merupakan kakak kelasnya di salah satu SMA Negeri di Surabaya. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ini mengaku tidak pernah bertemu secara langsung dengan Dita di sekolahnya. Namun, dirinya mengaku pernah mengikuti pengajian yang sama. “Jadi dulu sering sekali mengaji bareng, saya sempat ikut majelis yang diikutinya beberapa saat,” tuturnya.

Pria yang juga menjabat Wakil Direktur Yayasan Madina Indonesia itu tahu betul bagaimana dia dikader jadi orang yang radikal. Termasuk proses cuci otak agar ikut dalam salah satu ideologi yang berseberangan dengan Pancasila. “Mayoritas teroris itu berevolusi. Tidak instan,” ujarnya.

Menurutnya, setidaknya ada empat tingkatan proses menuju ke paham radikal. Pada stadium pertama, seseorang akan mulai merasa paham keagamaan yang dianut adalah yang paling benar. Akhirnya, mereka cenderung bersikap intoleran.

Pada tahap selanjutnya, orang tersebut mulai berpikir bahwa dasar negara yang ada tidak benar. Toghut. “Orang tersebut mulai melakukan pemberontakan di dalam hatinya,” terangnya. “Stadium satu dan dua ini mulai marak di medsos,” imbuhnya.

Pada fase ketiga, dirinya mulai melakukan kekerasan verbal. Tindakan yang dilakukan adalah mulai menghujat dan bersuara keras di ruang publik. Sedangkan di tahap akhir, orang tersebut mulai berani melakukan kekerasan fisik. “Saya tanya mentornya mas Dita, bahwa yang saya lihat atau kenal dari mas Dita ini tidak lebih dari 10 persen. Masih banyak yang saya tidak tahu,” terangnya.

Berangkat dari hal tersebut, Kompol Agus Prasetyo dari Direktorat Intelejen Polda Jatim mewanti-wanti agar para peserta yang merupakan siswa SMA sekaligus Duta HAM Surabaya bisa menjadi agen bagi pihak berwajib. Sehingga bisa menghentikan proses penyebaran paham radikal di masyarakat. “Mari mulai dari diri sendiri,” ajaknya.

Narasumber terakhir adalah Dr Karyanto yang merupakan Kepala Cabang Dinas pendidikan Jatim Wilayah Surabaya. Beliau menekankan pentingnya peran sekolah dan pelajar dalam menangkal pengaruh paham radikal. (Humas Kemenkumham Jatim)

 

Foto Lainnya >>

WhatsApp Image 2018-05-22 at 3.45.40 PM.jpegWhatsApp Image 2018-05-22 at 3.45.22 PM.jpegWhatsApp Image 2018-05-22 at 3.45.21 PM.jpegWhatsApp Image 2018-05-22 at 3.44.45 PM.jpeg


Cetak   E-mail