Tak Hanya Disuguhi Fashion Show, Masyarakat Juga Bisa Belajar Membatik Dari WBP

WhatsApp Image 2019-10-29 at 16.24.41.jpeg

SURABAYA – Salah satu kegiatan dalam Fashion Show yang tak kalah menariknya adalah, masayarakat bisa ikut membatik di tempat. Pembimbingnya adalah pembatik-pembatik yang merupakan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Masyarakat tampak antusias menjajal proses membatik dari mendesain hingga menggoreskan canting.

Total ada lima pembatik dari Lapas Kelas IIA Banyuwangi yang siap berbagi ilmu membatik. Kalapas Banyuwangi Akbar Hery Achyar mendampingi Kakanwil Susy Susilawati saat meninjau booth yang terletak di sisi selatan itu.

Salah satu pembatik yang terlihat adalah Suliyono. Pria 54 tahun itu sudah satu tahun ini menggeluti dunia batik. Padahal, mulanya, napi kasus tipikor ini tidak tahu tata cara produksi batik. Apalagi harus membuat batik tulis.

Berbekal hobi menggambar, Suliyono bertekad harus bisa membatik. Berkat kolaborasi antara Lapas Banyuwangi dan Pemkab Banyuwangi, Suliyono berani berkreasi. “sampai akhirnya muncul gagasan untuk membuat batik jeruji,” terangnya.

Batik ini didominasi dengan motif gajah oling khas Banyuwangi. Tak lupa, sentuhan gambar borgol disisipkan di dalamnya, menjadi satu ciri khas yang membedakan. Dari situlah, Batik Jeruji lahir. "Sekarang motifnya berbagai macam sudah sampai 32 hingga 60," katanya.

Satu kain, lanjut Suliyono, dibanderol mulai dari Rp300 hingga Rp750 ribu. Harga ini tergolong ramah, sampai-sampai butik di Banyuwangi dan luar provinsi menjadi langganan batik karya napi ini.

Senada dengan Suliyono, pecanting, Musyana ingin sekali punya usaha batik. Ia ingin setelah bebas bersama-sama membantu gagasan temannya terkait UMKM Batik. "Iya kalau bebas mau mengembangkan batik, pengen join ke Pak Suliyono," ucapnya.

Musyana merupakan napi yang terjerat kasus narkotika. Karena kegigihannya, dia bisa menguasai teknik canting. Tiap karyanya terjual, ia mendapat bagi hasil. "Dapat bagian Rp. 50-Rp. 100 ribu. Itu kalau kainnya terjual beberapa. Ya bersyukur bisa punya penghasilan sendiri dari dalam lapas," pungkasnya.

Kakanwil Susy Susilawati berharap kegiatan ini bisa menarik investor untuk membiayai proses produksi di lapas/ rutan. Sehingga, saat WBP keluar dari Lapas sudah punya pekerjaan. “Jadi ketika nanti para WBP ini bebas, mereka punya keahlian untuk membuat batik sendiri di rumah,” terangnya. (Humas Kemenkumham Jatim)

Foto Lainnya>>

WhatsApp Image 2019-10-29 at 14.54.08.jpegWhatsApp Image 2019-10-29 at 14.54.08 (1).jpegWhatsApp Image 2019-10-29 at 14.53.55.jpegWhatsApp Image 2019-10-29 at 14.53.55 (1).jpeg


Cetak   E-mail